Pertanian organik yang semakin
berkembang belakangan ini menunjukkan adanya kesadaran petani dan
berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya
kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Revolusi hijau dengan input
bahan kimia memberi bukti bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan
tidak lestari. Pertanian organik kemudian dipercaya menjadi salah satu
solusi alternatifnya.
Pengembangan
pertanian organik secara teknis harus disesuaikan dengan prinsip dasar
lokalitas. Artinya pengembangan pertanian organik harus disesuaikan
dengan daya adaptasi tumbuh tanaman/binatang terhadap kondisi lahan,
pengetahuan lokal teknis perawatannya, sumber daya pendukung, manfaat
sosial tanaman/ binatang bagi komunitas.
Pertanian
organik memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling bergantung
dan menghidupi, dan manusia adalah bagian di dalamnya. Prinsip ekologi
dalam pertanian organik didasarkan pada hubungan antara organisme dengan
alam sekitarnya dan antarorganisme itu sendiri secara seimbang. Pola
hubungan antara organisme dan alamnya dipandang sebagai satu – kesatuan
yang tidak terpisahkan, sekaligus sebagai pedoman atau hukum dasar dalam
pengelolaan alam, termasuk pertanian.
Dalam
pelaksanaannya, sistem pertanian organik sangat memperhatikan kondisi
lingkungan dengan mengembangkan metode budi daya dan pengolahan
berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Sistem pertanian organik
diterapkan berdasarkan atas interaksi tanah, tanaman, hewan, manusia,
mikroorganisme, ekosistem, dan lingkungan dengan memperhatikan
keseimbangan dan keanekaragaman hayati. Sistem ini secara langsung
diarahkan pada usaha meningkatkan proses daur ulang alami daripada usaha
merusak ekosistem pertanian (agroekosistem).
Pertanian
organik banyak memberikan kontribusi pada perlindungan lingkungan dan
masa depan kehidupan manusia. Pertanian organik juga menjamin
keberlanjutan bagi agroekosistem dan kehidupan petani sebagai pelaku
pertanian. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga unsur
hara, bimassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu
mencegah pencemaran.
Bahan alami
Pemanfaatan
bahan-bahan alami lokal di sekitar lokasi pertanian seperti limbah
produk pertanian sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik seperti
kompos sangat efektif mereduksi penggunaan pupuk kimia sintetis yang
jelas-jelas tidak ramah lingkungan. Demikian juga dengan pemanfaatan
bahan alami seperti tanaman obat yang ada untuk dibuat racun hama akan
mengurangi penggunaan bahan pencemar bahaya yang diakibatkan pestisida,
fungisida, dan insektisida kimia.
Penggunaan
mikroorganisme pada pembuatan pupuk organik, selain meningkatkan
efisiensi penggunaan pupuk, juga akan mengurangi dampak pencemaran air
tanah dan lingkungan yang timbul akibat pemakaian pupuk kimia
berlebihan. Di samping itu, banyak mikroorganisme di alam yang memiliki
kemampuan mereduksi dan mendegradasi bahan-bahan kimia berbahaya yang
diakibatkan pencemaran dari bahan racun yang digunakan dalam aktivitas
pertanian konvensional seperti racun serangga dan hama.
Dengan
kemajuan teknologi, pertanian organik adalah pertanian ramah lingkungan
yang murah dan berteknologi sederhana (tepat guna) dan dapat dijangkau
semua petani di Indonesia.
Serangga
hama dan musuh alami merupakan bagian keanekaragaman hayati. Serangga
hama memiliki kemampuan berbiak yang tinggi untuk mengimbangi tingkat
kematian yang tinggi di alam. Keseimbangan alami antara serangga hama
dan musuh alami sering dikacaukan penggunaan insektisida kimia yang
hanya satu macam.
Pertanian
organik bukan hanya baik bagi kesehatan, tetapi juga bagi lingkungan
bumi. Beberapa ahli pertanian Amerika Serikat yakin pertanian organik
merupakan cara baru mengurangi gas-gas rumah kaca yang menyumbang
pemanasan global. Laurie Drinkwater, ahli manajemen tanah dan ekologi
Rodale Institute di Kutztown, Pennsylvania, AS bersama koleganya
membandingkan pertanian organik dengan metode sebelumnya yang
menggunakan pupuk kimia selama 15 tahun. Hasilnya dipublikasikan dalam
jurnal ilmiah Nature (Desember 1998) jika pupuk organik digunakan dalam
kawasan pertanian kedelai utama di AS, setiap tahun, karbon dioksida di
atmosfer dapat berkurang 1-2%.
Drinkwater
mengatakan, pengurangan ini merupakan kontribusi yang sangat berarti.
Selain itu negara-negara industri sepakat dalam pertemuan Bumi di Kyoto
Jepang untuk mengurangi emisi karbondioksida sampai 5,2% dari tahun 1990
hingga tahun 2008-2012. Dalam penelitian ini juga ditemukan, pertanian
organik menggunakan energi 50% lebih kecil dibandingkan dengan metode
pertanian konvensional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar